Kamis, 16 Agustus 2012

On My Flight


16 Agustus 2012. 15.45 WIB

Seat number 38F, flight number JT0875, Makassar - Jakarta. Mungkin ini terakhir kalinya aku meninggalkan makassar, karena mungkin aku tak akan pernah ke makassar lagi, hanya untuk bertemu dengan-mu. Tapi entahlah...

Penumpang 38D dan 38E sepertinya tidak ada, aku duduk sendiri dari 3 kursi sebelah kanan. Ini pesawatnya goyang goyang, jadi aku nulisnya kurang asik.

Aku ini bodoh, bahkan sangatlah bodoh, sampai detik ini pun. Aku masih berharap kamu mau kembali padaku. Tapi aku juga berharap, besok aku telah berhenti mengharapkan dirimu. Itu artinya aku masih menunggu kamu berubah pikiran kurang lebih dalam 8 jam ini. Ke-Bodohan, sangat.

Pertemuan kita beberapa jam yang lalu, mungkin membuatmu kesel dengan kehadiran ku, seperti yang kamu katakan tapi tidak jadi kamu katakan "kamu gila yah wid, ngapain kamu kesini?" Kehadiran yang dulu kamu harapkan, tapi sekarang? tidak lagi. Aku masih tidak mengerti apa maksud dan tujuan Tuhan mempertemukan aku dan kamu pada tanggal 13 September 2011 lalu.

Setidaknya, jika kita dipertemukan, kenapa kamu juga dipertemukan dengannya di Bandung? Aku sempat berfikir, mungkin terlalu banyak dosaku. Sehingga deberikan sakit yang sedalam ini.

Kamu itu terlalu pintar berkata-kata, walau hanya lewat tulisan (aku tidak bilang tidak bagus ya :D ). Termasuk kalimat- kalimat "ambigu" yang kamu buat. Aku selalu berusaha men-sugestikan diriku sendiri, itu buat "dia", bukan buat "diriku". Walau kadang berhasil dan kadang juga tidak.

tadi aku sempat mencari buku bacaan, di toko buku yang ada di bandara, bandara International Hasanuddin. Seakan diriku terbelah jadi dua, "wid, cari Novel Divortiare" dan diriku yang lainnya berkata "jangan cari novel Divortiare". Pada diriku yang pertama, aku hanya ingin meneruskan bacaan itu, karena memang belum selesai, baru sampai halaman 118. Pada diriku yang ke-dua, aku dilarang melanjutkan ceritanya mungkin akan merasakan penderitaan yang lebih mendalam.

Divortiare adalah judul sebuah novel yang ditulis oleh Ika Natassa. Inti ceritanya mungkin pasangan yang bercerai baru 2th menikah. Mereka sama sama tidak punya waktu, em.. lebih tepatnya Beno yang tidak punya waktu untuk Lex, istrinya. Beno bekerja sebagai dokter bedah yang terkenal, sementara Lex adalah seorang "Banker". Di novel tersebut mungkin mereka akan rujuk kembali. Ada 1 kalimat yang paling nusuk menurut gue, "Beno is really a fool for letting you go" ada pada halaman 95 pada baris ke-4 dari bawah. itu adalah perkataan Deny (Someone yang sedang dekat dengan Lex) kepada Lex, dan Beno adalah mantan suami nya Lex. Imajinasi gue kelewatan aneh, kalo inget kata itu bagaikan "dhika" ngomong seperti itu ke "#N.I.", "Widhi is really a fool for letting you go". Bukan Dhika saja yang berkata demikian, bahkan sahabatku Angga. Okey, itu hanya imajinasi-ku saja.

Lembar ke-dua, di balik kertas tiket-ku sendiri (untung aku nge-print nya dua lembar). Di tas aku cuma ada pulpen, ada sih kertas, tapi kertas ijazah kelulusan S1 ku, bulan 3 kemarin. Mana mungkin kertas itu yang aku tulis- tulis. Tadinya aku mau ngeluarin laptop, terus nulis nya langsung aja di laptop, tapi takut dimarahin sama pramugari nya, jadi ku-urungkan niat ku. *nulisnya udah 45 menit*

Barusan aku habis nge-rinci, aku melakukan perjalanan gajelas ternyata kurang lebih bakalan 66 jam itu untuk itungan aku kabur dari rumah dan tiba di rumah lagi. Hampir 3 hari 3 malam yah? haha. Selama 66 jam itu aku hanya tidur beberapa saat saja, di damri, dari rumah ke bandara; di pesawat, otw ke makassar; di XXI, pun aku sempat tertidur, seandainya AC-nya tidak terlalu dingin mungkin aku sudah tertidur pulas; di bus pada saat otw sorowako, entah berapa kali tertidur dan terbangun lagi; dan di di rumah kamu, itu kasur pertama tempat aku bisa rebahan dengan nyenyak; di bus pas otw ke makassar; dan di kamarku dirumah tanteku lebih tepatnya. Mungkin di pesawat ini di pesawat yang memabawaku dari makassar ke jakarta, aku tidak memilih untuk tidur. Sepertinya lebih asik dugunakan untuk menulis, menulis tentang perjalanan 66 jam ku untuk bertemu dengan mu yang mungkin hanya 6 jam saja. 6 jam yang singkat untuk menghabiskan waktu dengan mu. Walau dengan pembicaraan yang tidak aku harapkan.

Mungkin aku akan melanjutkan nya dengan mengetik lagi, tulisan ini di laptop, di Damri nanti, perjalanan ke rumahku nanti. Se-akan aku tidak mau terburu-buru untuk tiba di rumah ku sendiri, di rumah orang tua ku lebih tepatnya. Kurasa aku sendiri tidak tahu bagaimana marahnya kedua orang tua ku kepada ku. Aku pun baru menyadari, bahwa aku ini mungkin anak yang ter-nakal diantara ke-3 anak orang tuaku. Aku sendiri tidak bisa menyangka bisa berbuat seperti ini. hemm, aku ga menyalahkan mu, aku juga ga akan membiarkan mereka menyalahkan mu atas perbuatan ku ini. karena kamu pun tidak tahu apa- apa.

"Beautiful Goodbye" lagu itu yang terlantun di mobil freed warna putih, mobil tanteku yang mengantarku ke Bandara International Hasanuddin. Mudah- mudah-an perjalanan 66 jam ku ini memang benar- benar "beautiful goodbye" untuk ku, dan 6 jam kita bertemu benar- benar "beautiful goodbye" untuk-mu.

Aku tidak percaya lagi dengan kata- kata mu, "Aku ga ada apa- apa dengan Dhika, aku belum ngapa- ngapain sama dia" - kamu inget kata2 kamu kan? iya, memang itu sudah lama :)

-Pesawat udah mau mendarat - disuruh tutup meja-

1 komentar:

Unknown mengatakan...

pertamax gan!

Posting Komentar