Sabtu, 26 Maret 2011

Aku, Rubiks dan CCC

Kebetulan aku lagi di jakarta untuk mengisi liburan semester. tujuannya sih seperti kebanyakan orang kalo pulang kampung, pengen kumpul bersama keluarga, kangen rumah, kangen temen temen yang ada di jakarta. Beberapa hari kemudian datanglah Wisnu (my twins) dari Malaysia (kuliah). dan tanpa basa basi dia langsung ngeluarin rubiks, dan ga lupa dia dengan senantiasa memamerkan kehebatannya di depan aku, papah, mamah, teteh juga. =__=". padahal, dia cuma bisa nge-solve rubik 2/3 nya, 1/3 nya lagi belon jadi alias masih berantakan...
Detik itu pula aku merasa iri (hiks), akhirnya aku belajar nge-solve rubiks sama doi, walopun ga jadi secara sempurna. hari demi hari pun berlalu dengan rubiks selalu di tangan ku hingga suatu saat yang paling ku tunggu, yaitu bertemu sensei, alias yang ngajarin wisnu main rubiks, jadi si sensei ini bisa main sampe ter-solve sempurna, wah hebatnyaaaaa.
Kesempatan dalam kesempitan itupun tidak kulewatkan dengan sia sia, aku terus bertanya dan bertanya (kayanya si sensei bosen dengan pertanyaan aku) tapi bodo amat, yang penting aku bisa nge-solve rubiks secara sempurna. ihiyyy... diperjalanan pulang kerumah, kebetulan aku naik kopaja, aku terus memainkan rubiks yang ada di tangan ku. Dan sangat disayang kan, ada rumus yang aku lupa -___-, wajar sih, ga di catet. Rubiks pun tidak pernah ter solve lagi hingga sampai dirumah, *rasanya mau nangis, tapi lebay, jadi ku urungkan niat ku untuk nagis.
Aku mencoba mengingat dan mengingat terus apa yang telah diajarkan sensei. Dan ajaib, tiba" aku mengingatnyaaaaa, rubiks pun dapat ter-solve. Waw, *jingrak", loncat"an, guling"an, teraktir temen makan malem dirumah nya masing".
Oia, perlu diketahui sensei yang aku maksud cewe loh... =) -terima kasih banyak sensei-

Bekal yang aku dapet di jakarta pun aku bawa kembali kemakassar untuk PAMER ke temen- temen, ahaahahaahaha *ketawa jahat. Dan tanpa disangka, tanpa diduga, tanpa dikira, temen aku ada yang bisa juga main rubiks, senior juga banyak yang bisa, hadewww. Hanya ada satu yang membedakan yang aku sadari setelah beberapa hari kemudian, yaitu metode yang dipakai aku dan mereka ternyata berbeda. akupun kaget. kamu kaget ga?
Karena aku ga mau ketinggalan pengetahuan tentang rubiks, akhirnya aku mempelajari metode mereka dengan seksama dan dengan penuh ke-khusyuan (tulisan nya gmn dah?). waktupun berjalan dengan cepat, akupun bisa bermain rubiks dengan durasi kurang lebih 1 menit pada saat itu dan tentu saja sudah menggunakan metode yang sama seperti teman" yang lain gunakan. 
Pada suatu sore, aku sedang memainkan rubiks sambil ngobrol dengan seorang sahabat dikoridor yang ada di kampus, tiba-tiba ada yang menyapa ku dari belakang, "lincah ko juga tangan mu di' ?" aku pun bengong dan bertanya - tanya sendiri dalam hati berkata "siapa nih??". Tak lama setelah itu dia pun merogoh rogoh sesuatu dari tas bermortif batik itu, ternyata dia mengeluarkan Rubiks, ternyata dia juga pecinta rubiks. Dan yang paling tidak disangka, dia dapat memainkan rubiks dengan waktu yang relatif singkat, tangannya pun sangat lihai dan mahir. 
Kami pun saling memperkenalkan diri, nama pemain rubiks itu sebut saja Firoz. Dan sejak saat itu, setiap sore di satu tempat yang ada di kampus, kami menyebutnya "tikungan" kami selau bermain rubiks, adu kecepatan, bertukar pendapat, dsb. Firoz mengajakku untuk bergabung dengan grup MRCC (Makassar Rubiks Cube Community) yang sekarang telah diubah nama nya menjadi CCC (Celebes Cuber Community), aku tak menolak ajakan tersebut. Dan pada sabtu sore, ada Gathering nya MRCC, aku pun datang untuk pertama kalinya. Jiwaku seakan bergetar kencang, "disinilah tempatku seharusnya, diantara para pemain rubiks profesional"

-aku menulis ini bukan untuk anda, tapi untuk diriku sendiri-

thanks a lot to: Wisnu, Sensei Cynthia, Ade Irsal, Firoz, dan CCC

Selasa, 22 Maret 2011

Me and My Lovely Rubiks


seakan jiwa ku dan jiwa nya tidak bisa dipisahkan
 seakan kami berdua ditakdirkan untuk bertemu, dan tidak terpisahkan
Disaat aku tidak membawa mu dan kamu hanya disimpan di rak rubiks ku
pikiranku melayang kemana - mana serasa tidak sabar ingin pulang dan kembali bersama mu
kamu memang benda mati, tapi aku dapat merasakan keberadaan jiwa mu
"kamu memang ada..."

jujur aku sempat berbuat salah kepada mu
aku telah menuduh mu sebagai pengganggu berbagai kegiatanku
 aku meninggalkan mu bersama yang lain di rak rubiks
selangkah meninggalkan mu, aku sadar sudah salah jalan
tapi hati ini memaksakan kehendak yang bertentangan dengan keinginan
hati ini ingin mencari berbagai fakta yang membenarkan bahwa 
"salah jika aku terus bersamamu..."

seiring berjalannya detik
fakta tersebut malah semakin pudar bukan memperkuat
disitulah aku terbangun dari kesalahan
disitulah aku tersadar dari kesalahan
dan aku tahu
"aku tersiksa jika tidak bersama mu..."

aku minta maaf
aku berbuat salah
saat ini pun aku berjanji
tidak akan mengulang kesalahan untuk yang kedua kalinya
"tak akan pernah aku meninggalkan mu..."
"tak akan pernah aku meninggalkan mu... lagi..."

-Widhi Erlangga-